Sabtu, 21 Agustus 2010

"Jawaban salah satu rakyat"

Ketika Anda bacakan pidato kenegaraan itu Bapak, kami sedang bergelut dengan peluh...membanting tulang mulai dari menumpuk harta untuk beberapa generasi ke depan, sampai sekedar mengisi perut untuk esok hari.Ketika Anda berjalan dengan tegap melewati anggota Dewan yang merasa sok mewakili kami itu, kami tidak pernah peduli bahkan sekedar terbersit dalam benak kami. Hanya seremonial belaka yang ada negara yang belakangan ini hampir tidak bertuan...

Ketika Anda membacakan bait demi bait pidato yang menggetarkan podium itu, yang memang keahlian Anda beretorika, kami sudah letih bapak Presiden, otak kami yang kering akan gizi sudah tidak mampu mencerna angka-angka statistik dalam pidato itu, yang menganggap jiwa kami hanya bilangan-bilangan biner yang imajiner...

Di stasiun televisi kami melihat banyak kaum oposisi berteriak, pidato Anda membuat jurang besar dengan kenyataan bapak Presiden... sementara kami liat kaum-kaum pendukung bapak itu lebih banyak habis-habisan membela bahkan dengan memaparkan fakta-fakta... angka kemiskinan yang sudah menurun ya Bapak? haduuh bapak, kemiskinan menurun karena memang jiwa-jiwa miskin dinegara ini mati Bapak! dengan ledakan gas Elpiji, dengan kenaikan sembako yang gila-gilaan, yang frustasi hingga bunuh diri karena ketidak mampuan mereka menyesuaikan kekejaman statistik ekonomi yang memarginalkan keberadaan bahkan kehidupan mereka!!

Ketika Anda turun dari podium itu bapak Presiden, tepuk tangan menggelora dalam ruang sidang dewan yang terhormat (menurut mereka sendiri itu). namun jantung kami yang nyaris 210 juta jiwa ini bertepuk sakit, nyeri bapak Presiden...bahwa realitas kemarginalan rakyat miskin semakin nyata dan berdentam dalam kata-kata pidato Anda... bahwa kami tahu dalam negeri ini sedang terjadi ketidak pedulian terhadap keadilan sosial, yang selalu didendangkan anak-anak kami dalam upacara bendera setiap hari senin. "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesiaaahhhh!!"..begitu kata-kata si kecil anak kami bapak Presiden, yang mereka ucapkan keras-keras hingga air liur tersembur dari mulut mereka yang mengering dengan terik matahari.

Kami menghormati Anda sebagai Kepala Negara Bapak Presiden... sebagaimana kami menghormati bendera Merah Putih yang tetap berkibar hingga saat ini diusianya yang ke 65 tahun. Perut kami memang lebih sering lapar bapak Presiden, karena kami sulit menegakkan tiang-tiang lapak dagangan kami. Tapi kami bisa tegak bapak Presiden, jika suatu saat Anda meminta kami berkorban untuk negara ini. Karena kamipun sudah tak tahu lagi hidup untuk apa jika tak bermakna di mata negara...

Mungkin kami hanya bisa berteriak bapak Presiden,mengadu dan mengeluh...heyyyyy bapak!! kami tidak minta BLT itu, cukup, cukupp..!!! bukan uang yang kami minta bapak Presiden..tapi sedikit keleluasaan mencari nafas dalam kehidupan kami, tanpa diganggu oleh pungli, korupsi, pemerasan, premanisme, birokrasi kompleks sampai pejabat bermental bejat....

Kami bisa menangis bapak Presiden...sebagaimana doa-doa kami dalam memperingati 65 tahun negara kami ini. Bapak,kami cinta negara ini,WE LOVE THIS COUNTRY!!!! bacalah huruf itu besar-besar bapak Presiden...jadi jangan kenai kami hukum subversif karena kemarahan dan kekesalan kami atas sikap lebay dan lembekmu terhadap centang perenang orang-orang yang mengelilingi kekuasaan Anda dan menghisapnya sedikit demi sedikit...

Mungkin ketika (andai saja) Anda membaca ini, Anda hanya terpekur diam, entah dalam kekesalan atau penyesalan. Namun orang-orang pecinta Anda bapak Presiden akan berteriak "INI PASTI DARI PARTAI SI ANU!!! SABAR AJA DEH LUUU, NUNGGU PEMILU 2014 DIKIT KENAPEEEEE...!!"begitu mereka mencibir. Namun cam kan ini, kami bukan orang haus kekuasaan...kami hanya haus keadilan dalam kehidupan bernegara...B-E-R-N-E-G-A-R-A...

so, selamat bekerja kembali bapak Presiden...semoga dibawah pimpinan Anda, semua bullshit-bullshit itu jadi kenyataan ... kami memang sudah sangat rindu melihat itu. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA..mungkin hingga kami menutup mata kami tidak kesampaian melihatnya. Tapi kami percaya, anak cucu kamilah yang akan melanjutkannya...atau mereka juga akan menjadi bagian dari orang-orang seperti Anda mr Presiden ..? entahlah...kami memang buta angka...tapi TUHAN TIDAK.

Terima kasih bapak Presiden... plok..plok..plok..dan tepuk tangan HARAPAN pun bergemadalam ruang hati kami ....YANG MASIH MERAH AKAN KEBERANIAN dan PUTIH AKAN KEIKHLASAN 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar